Arab Saudi Resmi Ajukan Keanggotaan BRICS, Amerika Serikat Makin Geram

Luar Negri || BI – Arab Saudi telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan kelompok BRICS. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa yang baru kembali dari lawatannya ke negara itu mengungkapkan hal tersebut dalam konferensi persnya pada Selasa (18/10).

 

“Negara-negara BRICS akan bertemu dalam pertemuan puncak tahun depan di bawah kepemimpinan Afrika Selatan, dan masalah ini akan dipertimbangkan,” ungkap Ramaphosa.

 

“Dan sudah, sejumlah negara atau negara telah melakukan pendekatan ke negara-negara anggota lainnya, dan kami telah memberi mereka jawaban yang sama, mengatakan itu akan dibahas oleh mitra BRICS sendiri, lima di antaranya, dan setelah itu sebuah keputusan akan dibuat,” papar dia.

 

Pembicaraan Saudi-Afrika Selatan terjadi di tengah pertikaian antara Riyadh dan Washington atas keputusan OPEC memangkas kuota produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari.

 

Presiden AS Joe Biden pekan lalu mengancam Arab Saudi dengan “konsekuensi” yang tidak ditentukan dan menuduh sekutu lama itu berpihak pada Rusia dalam krisis Ukraina.

 

Anggota parlemen AS telah menyerukan memutuskan kerja sama dengan Arab Saudi, seperti menghentikan penjualan senjata atau menarik dukungan militer.

 

Pangeran Saudi Saud al-Shaalan menanggapi dengan marah pada Sabtu, memperingatkan para pemimpin Barat untuk tidak mengancam kerajaan.

 

 

“Siapa pun yang menantang keberadaan negara dan kerajaan ini, kita semua, kita adalah proyek jihad, dan kesyahidan. Itu pesan saya kepada siapa pun yang berpikir bahwa dia dapat mengancam kita,” tegas dia.

 

Menteri Pertahanan Saudi Khalid bin Salman mengatakan para pemimpin Saudi “terkejut” dengan tuduhan palsu AS bahwa Riyadh mendukung Rusia melawan Ukraina.

Rusia, China, dan anggota BRICS lainnya dilaporkan sedang mengembangkan mata uang cadangan global baru, yang berpotensi merusak dominasi dolar AS.

 

Penambahan Arab Saudi ke blok tersebut berpotensi memiliki implikasi yang luas, mengingat kekuatan dolar sebagian berasal dari statusnya sebagai mata uang dominan di pasar minyak internasional.

 

Arab Saudi dilaporkan telah mempertimbangkan menjual minyak mentah dalam yuan China.

 

Meskipun AS dan Arab Saudi bukan sekutu formal, kemitraan mereka telah menjadi salah satu yang paling lama dan saling menguntungkan di kawasan ini.

 

Riyadh adalah pembeli utama senjata Amerika. AS, sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, telah berusaha menjaga produksi minyak mentah Saudi mengalir ke pasar internasional pada tingkat yang tinggi.

***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *