Cerita Kapolres Bisa Lepas dari Maut Saat Pantau Longsor Di Cihanjuang Lari ke Masjid Lewati Pecahan Kaca

Buserindonews | Sumedang – Peristiwa tanah longsor di Dusun Bojong Kondang, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, menelan belasan korban jiwa dan meluluh lantakkan puluhan rumah warga. Sabtu 9 Januari 2021.

Peristiwa itu menyisakan cerita mendalam bagi Kapolres Sumedang, AKBP Eko Prasetyo. Pengalaman itu menambah kekayaan batinnya, sebab ia bisa selamat dari kejaran maut saat memantau lokasi longosr tersebut.

Eko dan beberapa jajarannya tiba di lokasi bersama petugas dari Basarnas, Polsek Cimanggung, Koramil Cimanggung, BPBD Sunedang, Tagana, relawan, masyarakat yang hendak mencari jejak-jejak keluarga mereka di timbunan itu.

Sekitar 40 orang sudah berkerumun di lokasi longsor ketika dia datang. Sebuah masjid nampak menjadi sebuah posko tempat berkumpul orang mencari.

Saya tiba pukul 18.45 WIB, lalu mengecek lokasi longsor yang pertama dan hasilnya teridentifikasi sebanyak 18 unit rumah tersapu longsor. Dua rumah di antaranya dihuni masing-masing oleh sebanyak 4 orang,” ucap AKBP Eko Prasetyo Robbyanto, di Sumedang, Senin 11 Januari 2021.

Kapolres mengatakan, setelah mendapatkan data awal, dia dan rombongan segera kembali ke posko di masjid itu. Dia bergegas karena hendak mematangkan upaya evakuasi.

Tiba-tiba ada suara gemuruh yang keras diikuti lantai yang bergetar. Semua berlarian ke segala arah, dan saya termasuk yang paling terlambat lari, karena ke dalam Masjid pintu sudah berebutan untuk masuk,” katanya.

Kapolres melihat Danramil Cimanggung. Danramil Kapten Infanteri Setyo Pribadi terlihat lari menyusuri jalan setapak yang ada di depan Masjid, jalan sudah penuh orang berlari, jatuh, dan bertindihan.

Saat itu, saya memilih memecahkan kaca jendela Masjid untuk membuat jalan baru dan diikuti beberapa wartawan saat itu tengah melakukan peliputan.Tidak lama setelah kaca pecah saya masuk Masjid, dan beberapa wartawan pun mengikuti masuk ke dalam Masjid,” kata Kapolres.

Setelah listrik yang menyala langsung padam, Tiba tiba material tanah dalam jumlah besar menimbun lokasi yang sebelumnya akan kami lakukan evakuasi di tempat itu.

Situasi jadi gelap, ditambah debu yang membuat pandangan menjadi tidak jelas. Kapolres memecahkan kaca jendela Masjid yang kedua kali untuk memberi jalan orang yang ingin keluar takut masjid rubuh seraya Kapolres pun ikut keluar.

Danramil Cimanggung, petugas BPBD Sumedang Yedi, dan Kasi Trantib Satpol PP Kecamatan Cimanggunng Suhanda yang berdiri tepat di sebelahnya tak sempat menyelamatkan diri.Mereka meninggal dunia setelah tergulung tanah,” katanya.

Menurutnya, saat teedengar suara gemuruh terlihat Danramil bersama Kasi Trantib Cimanggung berlari, tetapi mereka lari menyusuri jalan Masjid. Ada mobil Basarnas, Gugus Tugas Covid-19, dan mobil Polsek terparkir di dekat Masjid.

Karena memilih lari menyusuri jalan setapak Masjid yang tiba-tiba dijatuhi material longsor dalam jumlah besar, mereka terjepit diantara motor dan dua mobil yang saat itu terparkir,” katanya.

Kejadian itu berlangsung sekotar 10 sampai 20 detik.Saya sempat mendengar ada yang Adzan sesaat keluar dari dalam Masjid. tidak tahu itu marbot atau wartawan,” katanya.

Semua tidak sempat teriak atau mengaduh, situasi hanya berubah jadi gelap dan hening tanpa teriakan apapun.Arah longsoran kedua ini berbeda dari longsoran pertama dua titik yang berbentuk huruf L.

Ini merupakan kehendak Allah yang menentukan siapa yang selamat dan tidak saat itu. Rahasia Allah mengenai usia seseorang,” ujarnya.

Saya hanya berfikir ingin ajal di dalam Masjid, sehingga saat saya meninggal, jenazah saya akan ketemu jika dievakuasi,” katanya.
Saat ini masih 27 yang didaftarkan sebagai orang hilang akibat longsor kedua ditambah korban longsor pertama berarti ada 35 orang. (JAY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *