PATI || buserindonews.com – Adalah seorang siswi kelas 5 di Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Islam 01 desa Wedusan kec. Dukuhseti kab. Pati sebut saja namanya Cantik yang konon menurut penuturannya sering sekali mengalami perundungan atau bullying yang dilakukan oleh temannya sebut saja inisial F pada saat berada di sekolahnya.
Perlakuan tersebut sedemikian sering hingga pada hari Minggu 13/10/24 sekitar jam 9 pagi atau pada saat istirahat pertama Cantik kembali mengalami tindakan perundungan dari inisial F di dalam kelas yaitu dipukul dengan tangan kosong di bahu bagian belakang sebelah kanan hingga Cantik menangis karena mengalami rasa sakit yang luar biasa.
Tidak hanya sampai disitu, si F ini juga konon menendang perutnya hingga Cantik mengalami sakit di perutnya hingga muntah-muntah.
Sedangkan si F yang melihat Cantik menangis kesakitan dan muntah-muntah malah kegirangan tertawa-tawa bersama kawan-kawannya.
Sepulang sekolah Cantik mengadukan hal itu ke ibunya, sebagai orang tua tunggal yang terpaksa bekerja di luar kota spontan ibunya Cantik panik demi melihat penderitaan putri tunggalnya yang diakibatkan perlakuan kekerasan dari temannya. Seketika ibunya Cantik mengadukan hal itu ke wali kelas 5 guna mendapatkan perhatian, perlindungan dan keadilan bagi putri tunggalnya.
Namun ternyata tindakan pihak sekolah dirasa kan terkesan menyepelekan karena tidak ada tindakan tegas terhadap si F, bahkan menurut Ny. Winda (ibunya Cantik) Kepala Sekolah mengatakan adalah sudah biasa kalau anak-anak itu mukul-mukul kawannya. Sehingga pada hari Selasa 15/10/24 si Cantik terpaksa dibawa ke Rumah Sakit Sebening Kasih di kec. Tayu guna mendapatkan penanganan Medis mengingat kondisi putri tunggalnya yang terus menerus menahan sakit.
Hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Sebening Kasih Tayu menyatakan bahwa pasien (dek Cantik) mengalami pergeseran pada tulang belikat serta mengalami luka lebam diperut bagian bawah. Pada saat dilakukan pemeriksaan Medis dek Cantik menangis karena menahan sakit dan dari air matanya terlihat bercampur darah, sehingga oleh dokter disarankan untuk melakukan tindakan CT Scan di kepalanya guna mengetahui penyebab adanya darah yang keluar bersama airmata tersebut, namun dikarenakan kondisi sosial ekonomi ibunya Cantik yang hanya sebatas buruh kecil terpaksa hla itu ditunda.
Tim Media yang mendapati informasi tersebut bergegas segera turun ke lapangan guna melakukan Investigasi dengan mendatangi rumah korban pada Sabtu 19/10/24 serta berkoordinasi dengan APH terdekat yaitu Polsek Dukuhseti Polresta Pati.
Kepada Tim Media yang menemui dirumahnya itu, ibunya Cantik sangat berharap ada tindakan effek jera bagi si pelaku dan pihak sekolah yang dirasa menyepelekan karena dirinya orang tidak berpunya. ” Tolong pak saya berharap ada tindakan yang tegas agar ada effek jera bagi si pelaku dan orang tuanya serta bagi sekolah yang terkesan sangat menyepelekan saya, mentang-mentang saya ini orang tidak berpunya serta agar peristiwa ini tidak terulang lagi terhadap anak saya.” Pinta ibunya Cantik.
Kepada Tim Media selanjutnya ibunya Cantik menegaskan bahwa dirinya akan mengangkat peristiwa ini ke jalur hukum dan mohon dibantu agar perkara ini bisa dikawal oleh Tim Media yang ada di kab. Pati serta rekan-rekan Praktisi Hukum dan LSM.
Sepulangnya Tim Media dari rumah korban, tidak berapa lama datanglah orang tua si F yang didampingi oleh istrinya RT setempat yang bertujuan mengajak damai dan memberikan ganti rugi biaya pengobatan dek Cantik, namun uang ganti rugi itu dikembalikan karena hanya 200 ribu Rupiah yang tentunya masih sangat jauh jika di bandingkan total biaya yang telah dikeluarkan. Melihat tindakan ibunya Cantik itu istrinya RT terlihat emosi dan mengeluarkan kata-kata yang bernada intimidasi.
Keesokan harinya yaitu hari Minggu (20/10/24) pagi hari sekitar jam 09 wib datanglah Kepala sekolah Tarbiyatul Islam 01 desa Wedusan dimana dek Cantik bersekolah dengan didampingi oleh seorang guru wanita.
Menurut ibunya Cantik, kedatangan Kepala Sekolah dan guru tersebut bukannya memberikan motivasi dan dorongan semangat kepada putri tunggalnya tetapi justru mempermasalahkan kenapa ajakan damai dari orang tua si F ditolak dan mengancam jika laporan ke pihak kepolisian tidak dicabut maka dek Cantik tidak lagi boleh sekolah di MI Tarbiyatul Islam 01 bahkan mereka juga mengintimidasi akan mengerahkan orang-kampung untuk mengusirnya tidak boleh tinggal di desa Wedusan lagi. “Kami diancam pak bahwa anak saya akan dikeluarkan dari sekolah jika laporan tidak dicabut dan mereka akan mengerahkan orang-orang kampung agar kami diusir dari desa ini pak, semuanya ada dalam rekaman di hp saya pak.” Tutur ibunya Cantik via telepon kepada Tim Media.
Ditambahkannya bahwa Oknum kepala Sekolah justru memfitnah anaknya jika marah sering memukul mukul badannya sendiri serta membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Ketika hal ini ditanyakan kepada dek Cantik sudah barang tentu dibantah dek Cantik sambil menangis sedih karena merasa telah difitnah oleh orang yang selama ini sangat dihormatinya.
Mencermati peristiwa yang menimpa dek Cantik dan ibunya ini sudah seharusnya lah pihak Forkopimda kab. Pati baik Bapak Pj Bupati Pati, Bapak Kapolresta Pati (beserta jajarannya) segera turun tangan agar tidak lagi terjadi di kabupaten Pati ini kesewenang-wenangan dan kedzoliman dari Si Kuat terhadap Si Lemah dan dari Si Kaya terhadap Si Miskin. Proses hukum bagi si pelaku perundungan dan lindungi korban agar dapat terus bersekolah menggapai cita-citanya.
Demikian juga dari jajaran Dinas Sosial kab. Pati melalui Badan Perlindungan Pembinaan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana harus segera turun ke lapangan guna menangani perkara ini sesuai dengan tupoksinya. Juga dari Kantor Kementrian Agama Kab. Pati agar segera menertibkan Yayasan Pendidikan Islam yang berada dibawah pembinaannya agar menindak oknum-oknum kepala sekolah dan guru yang tidak bisa memberikan jaminan kenyamanan bagi siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di Yayasan Pendidikan Islam yang seharusnya lebih mengedepankan akhlakul karimah, nilai-nilai etika, Sopan santun dan keluhuran Budi pekerti.
bsa- red