Dukung Pergerakan Mahasiswa Tidak Selalu Turun Kejalanan, Persuasif, Diplomatis Antar Lembaga Raih Kemenangan.
BUSER INDONESIA || Purwakarta – Pengemudi (Sopir) Angkutan Kota dukung mahasiswa tidak selalu turun kejalanan dalam pergerakannya, jalur persuasif, komunikasi diplomatis dengan antar lembaga guna meraih kemenangan itu lebih baik, sebagaimana dulu para perjuang meraih kemerdekaan, jaga keamanan dan kenyamanan bersama tanpa harus menggangu ekonomi masyarakat. Demikian disampaikan Wahyu (45) salah seorang sopir Angkutan Kota di Purwakarta, Kamis (13/04/2023) di seputaran Jalan Situ Buleud Purwakarta.
Hal itu cermin lebih sopan dan santun, hemat tenaga, pemikiran dan anggaran tentunya, dari pada mengganggu dijalanan lebih baik perbaikan ketertiban kegiatan dengan musyawarah di tempat layak, mulai intern terlebih dahulu sebelum ke pihak lainnya,” kata Wahyu.
Tertib sopan santun akan semakin dihargai, kita tunggu peran sertanya menciptakan rasa aman nyamannya untuk masyarakat, sama-sama memperbaiki apa yang dirasa kurang selama ini mendukung lebih humanis bersama, saling mengingatkan untuk lebih baik boleh- boleh saja untuk kepentingan bersama.
Menurut Wahyu, Pernyataan Ketua Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) Kabupaten Purwakarta Muhamad Abdul Fauzi (25) yang tidak akan selalu turun kejalanan itu kita apresiasi, itu berarti sudah ada pemikiran lebih dewasa, mereka harus paham dan mengetahui kepentingan publik tanpa harus mengorbankan hajat kepentingan sehari-hari masyarakat termasuk para sopir yang mencari nafkah dari pelayanannya terhadap warga yang memerlukan transfortasi sehari-harinya,” ungkap Wahyu.
Barangkali media juga sudah saatnya lebih peka lagi dalam pemberitaan menyajikan situasi dan kondisi masyarakat pasca covid itu belum baik-baik saja, sehari-hari berpapasan dengan orang banyak di jalanan, sering mendengar berbagai keluhan masyarakat itu miris, bathin mah nangis tapi apa daya,” kata Wahyu.
“Coba lebih banyak menyentuh kehidupan warga miskin yang belum tersentuh itu sangat banyak sekali, kecemburuan sosial itu nampak, dan pimpinan jangan cuma banyak dengan penyerahan atau menyampaikan kata-kata dengan rangkaian kalimat manis, sesekali turun jangan malas bertatap muka dengan warga kebanyakan,” harapnya.
Mereka pasti kebanyakan masyarakat miskin tidak seperti orang-orang senang dan terlalu banyak kesempatan bergaya kemudian diabadikan kamera, jangankan kamera untuk makan-minum saja banyak yang banting tulang peras keringat terlebihdahulu hasilnya masih kurang, dan Badan Amil Zakat ( BAZNAS ) masih banyak dianggap asing warga atau mereka tidak yakin seratus persen mudah disaat kepepet terlebih Sabtu dan Minggu,” ungkap pengemudi angkutan Kota tersebut.
Berhadapan dengan warga petugas bisa jadi tidak semanis dengan media, warga sumber daya kurang apalagi terlihat Kumal masih ada yang terkadang merasa disepelekan, itu ada lho yang begitu, sebagai manusia adakalanya rasa malu diri, yang akhirnya bukan tidak mungkin pusing bingung setidaknya sementara, pokoknya upayakan turun kelapangan untuk warga bukan untuk pelayan yang sudah pasti di bayar negara,” jelasnya.
Menurut pengemudi itu, sesusah susahnya mereka para pegawai tidak sesusah warga miskin, tidak perlu curiga yang belum jelas, buka mata hati hadapi realita masih banyak sesama yang lebih susah dari kita, harus malu kalau ada pejabat sibuk keluar kota wara wiri alasan pembangunan demi warga faktanya gemulai atau sentimen kalau tidak sejalan, itu rahasia umum seolah tontonan pribadi ditonjolkan, warga menjerit entah urusan keberapa,” terang Wahyu.
Wahyu berpendapat, ada pula yang katanya dengan jabatan tertentu tapi kinerja kurang, entah itu kurang diberdayakan atau politis itu aneh, tidak mungkin kerja maksimal kalau masih ada yang dominan ambisi diri kurang terkontrol, ini maaf hanya penilaian orang kecil, tapi siapa tahu ada manfaat sekedar mengingatkan tanpa maksud menjatuhkan siapapun, sekali lagi mohon maaf,” pungkas sopir tersebut.
Laela