Kenyataan Warga Cemburu Sosial Marak Di Purwakarta

Purwakarta || BI- Masih adanya warga cemburu sosial menyaksikan tetangganya yang lebih mampu dari diri dan keluarganya menerima dan senang mendapat bantuan Pemerintah bukan satu dua kali terjadi, lebih jelas sering menimbulkan kecemburuan sosial berkepanjangan di lingkungan Pedesaan dan Kelurahan atau Perkotaan bukan rahasia lagi, sampai saat ini ketidak kedisiplinan dan kesadaran legowo patuh aturan demi kedamaian yang arif bijaksana, perlu dukungan semua pihak, pentingnya pengawasan dan evaluasi lebih keras lagi dengan penuh tanggungjawab. Hal tersebut disampaikan Jhon (48) warga Purwakarta di seputar Purnawarman, kepada media, Minggu (19/11/2023).

Warga tersebut berharap, PJ Bupati Benni Irwan dapat lebih memahami dan mengetahui sesungguhnya kenyataan di Purwakarta, bisa jadi ketika beliau masih belum sebagai PJ Bupati banyak mendengar mendengar tentang Purwakarta itu dengan hal yang banyak indahnya, mudah-mudahan dengan dinasnya saat ini beliau di Purwakarta, melihat dan mendengar langsung dari banyak warga perihal berbagai keadaan warga Purwakarta sesungguhnya dari berbagai lapisan masyarakat, yakin tugas beliau tidak mudah, semoga mendapat dukungan banyak pihak,” ucap Jhon penuh harap ada perubahan, karena keprihatinan dengan kenyataan selama ini masih tingginya cemburu sosial, diharapkan dapat di ketahui PJ Bupati.

Lebih lanjut Jhon sampaikan, yang berperan kontrol sosial tidak perlu sungkan menjalankan tugasnya, dengan bersama sepakat tanggungjawab berkarya sesuai keahlian dan tugasnya selagi sesuai aturan dan tidak mengganggu satu sama lain di luar pungsi dan kewenangan, kita sepakat hindari ketidakjujuran, terlebih mengajarkan kepada mereka para pelajar baik di tempat belajar atau di tempat mereka praktek kerja nyata di tempat-tempat mereka ditugaskan.

“Akhir-akhir ini sering terdengar banyak pihak menduga kuat adanya oknum-oknum pejabat atau lainnya memerintahkan diantaranya para pelajar yang sedang praktek dikantor pejabat tersebut bekerja, diduga memerintahkan para siswa yang bertugas menerima tamu diantaranya terkadang mengatakan tidak ada di kantor pejabat tersebut, padahal jelas pejabat yang dimaksud ada, beberapa orang yang ditugaskan atau pelajar yang peraktek mengaku, terpaksa sesuai perintah, mohon maaf hanya menyampaikan, tolong ya, serba bingung, hal semacam itu bukan satu kali terjadi, antara kecewa dan harapan semoga kedepan masing-masing bisa lebih menerima tugas dan empati sesama warga negara menjalankan tugas dengan saling memberi kesempatan untuk bertanggungjawab sesuai yang semestinya,” ucapnya.

Pelajaran buat kita semua, awal kebohongan tidak selalu lancar dan mudah kemudian, hati seseorang tidak bisa ditebak, ada yang bijak dan ada yang bukan tidak mungkin kelak berbuat yang tidak sesuai harapan bersama hanya karena kecewa tidak diperlakukan semestinya, terlebih di sarana publik atau sarana negara untuk pelayanan kepada warga yang berkepentingan.

Masing-masing punya hak dan kewajiban, semua akan sangat manis dan harmonis jika saling memahami dan mendukung tugas satu sama lain tanpa harus ada dusta yang jika dibiarkan berlanjut bisa menjadi kebiasaan negatif.

Berkembangnya kebiasaan yang merugikan sejalan dengan waktu akan lebih parah dan memberikan warisan tidak sedap bahkan tidak elok terlihat, pandangan tidak lurus dampak kebiasaan dusta pencetus ketidakstabilan berbangsa di negara bisa menjadi pemicu panas dan membaranya amarah yang belum tentu selalu dapat diatasi segera, jauh dari cepat tepat sasaran program, karena pemicu dipacu sejak lama dan dipupuk rasa tidak adanya kepercayaan sesama.

Hal penting bagi kita perdamaian, dan itu tidak mungkin diraih jika selalu merasa tidak diperlakukan seharusnya, berkaca dari yang pernah terjadi, semestinya kita sadar bersama, hidup sementara dan semua titipan yang harus dipertanggungjawabkan.

Bukan menambah pundi-pundi harta dunia, pujian manusia, kepuasan duniawi berlebihan, tidak peduli pentingnya bersama berjuang meraih kesejahteraan lebih merata, cepat atau lambat akan ada yang merasakan masa bersama di lingkungan yang kita perlukan kondusif tersita rasa angkara dan merugikan bersama, jika tidak segera perbaikan.

Laela. ~ SB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *