Majalengka – 19 juli 2020 BI
Ditengah masih meningkatnya penyebaran virus covid-19 secara nasional, ada upaya lain yang peduli terhadap kejadian ini seperti halnya dilakukan oleh para pekerja seni di daerah Leuwimukti (Dusun leuwimukti) Desa Ligung Kidul kecamatan Ligung Majalengka Utara
Sebagai wujud rasa tanggung jawab moral walau dilakukan dalam suasana kesederhanaan tapi disadari sebagai sebuah kifarat dan refleksi dalam kenyataan yang terjadi selama ini di alam ini, terlepas dari ada stigma dari masyarakat sebagai bencana alam ataupun konfirasi yang masuk pada masing masing benak insan yang memaksa diri menjauhkan diri dari kebiasaan sehari-hari.
Sehingga seolah kita kembali mendaur ulang dan memaknai sebagai tanda tanda, atau pun menyimpulkan adanya jeda kehidupan yang tak lazim.
Dalam persiwa ini kesenian tempat bersemayamnya nilai nilai adiluhung, yang dihasilkan dari rasa, cipta dan karsa manusia yang sejatinya harus hadir dalam penomena apapun, terlebih dengan penomena ini. Akibat adanya wabah ini banyak sekali dampak yang ditimbulkan diantarannya pendidikan menjadi carut marut alias tak berjalan sebagaimana mestinya, kebudayaan membeku, ekonomi lesu,, sendi sendi kehidupan yang lainnpun tak pelak seperti mati kutu, yang juga banyak menimbulkan korban jiwa melayang ujar salah satu peserta.
“Seperti Hidup Hidup di Ujung Tanduk” Salah satu Ikhtiar yang kami lakukan dalam PJJ Ke-2, kami jadikan sebagai basis ide dalam berkarya sebagai ikhtiar yang positif secara bersama sama.
Di zaman globalisasi yang serba canggih segala sesuatu dapat dilakukan serba instan dan tak membutuhkan waktu lama di abad ini, tapi dengan kedatangan covid -19 jadi “ribet”.
Lantas kalau ternyata keribetan ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka pasti akan terbentuk kebudayaan yang makin ribet kedepannya.
Maka itu manusia harus menghayatinya sebagai sebuah hikmah bahwa sejatinya manusia semenjak dalam kandungan sudah melekat tata aturan yang sudah tersirat dari Ilahi Rabbi, seperti harus – mencuci tangan, jaga kesehatan, jaga jarak, jaga pergaulan bebas, jaga mulut dan akhlak. Karenanya ini merupakan adaptasi yang serig kita lupakan. Ini adalah sebuah narasi yang kami kuatkan dalam “Kampanye Adaptasi Kebiasaan Baru” (AKB), dimasa pandemi ini. Hari ini dan kedepannya , mari kita terlibat dalam ikhtiar menjaga kewarasan dan kewaspadaan bersama, tawadzu. kona’ah dan senantiasa menengadah berdoa semoga wabah pandemi ini lekas berakhir. Begitupun kerja kreatif budaya seni tradisi kembali normal seperti biasanya di dalam segmen festifal jaga jarak ini paguyuban seni tradisi se Kab Majalengka .
Sanggar seni budaya( Gema Parahyangan) yang di komandoi oleh Geri Sukirman, dengan seksama kreatif mengatur berlangsungnya acara demi acara juga di tampilkan semua jenis kesenian olah karya insan kesenian majalengka tercinta.
Dalam pelaksaan festival tersebut pelaku diharuskan memakai APJ (alat penjaga jarak ) berupa rotan dengan diameter lebih dari 1 meter berbentuk lingkaran bundar dipake oleh pelaku seni tersebut dalam arti jaga jarak tertentu secara otomatis,alhamdulilah semua jenis kesenian tampil, meriah luar biasa, sukses ucap panitia.
Dalam acara tersebut di hadiri Kadis Budpar Hj Lilis Yukiasih Spd Mpd ,Ketua Sesama Mirahma ( Seniman Satatar Majalengka, Milik Rahayat Majalengka ) H Oman Surahman, Ketua Pokdar Kamtibmas Polres Majakengka : H Badra Erawan, KBO Binmas Polres Majalengka,Iptu Baban Kurbandi , Muspika Kecamatan Ligung.
“Diakhir sekapur sirih ini saya ucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga yang telah mendukung acara ini” tutur panitia.**
Penulis : Dasuki Krisna BI.