Buserindonews.com
Oleh : R.Guntur Eko Widodo (Ketua Umum DPP Gerakan Indonesia Anti Narkotika)
Semangat GIAN adalah semangat Kebangkitan, membangun kebersamaan nasional perang narkoba.
Menyambut / memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Yang Selalu Diperingati Setiap tanggal 20 Mei, Ketua Umum GIAN, R.Guntur Eko Widodo mengajak seluruh kader GIAN dan Lembaga Infrastrukturnya, untuk menjadi Garda Terdepan sebagai kader bangsa yang tetap semangat mendedikasikan seluruh Potensinya memastikan menjadi Motivator, Mobilisator dan dinamisator, mengajak Seluruh masyarakat / komponen Warga bangsa tanpa terkecuali, untuk menyatakan sikap yang sama, perang Narkoba
Setiap tahun, pada tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional
Mari jadikan Hari Kebangkitan Nasional momentum untuk membangkitkan Semangat menjunjung tinggi nilai nilai luhur silaturahmi dengan sesama warga bangsa sekaligus ajakan kita kepada seluruh elemen bangsa untuk perang narkoba
GIAN Pelopor Aksi Nasional P4GN bangkitkan semangat dukung misi negara dalam mewujudkan hidup 100 Persen, War On Drug.
Sebagaimana amanat Inpres No 2 Tahun 2020 Tentang Aksi Nasional P4GN
Sejarah Singkat Hari Kebangkitan Nasional
Dalam sejarah Indonesia, kebangkitan nasional dimulai sejak 1908.
Kebangkitan nasional 1908 ditandai dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya organisasi Budi Utomo dan Sumpah Pemuda.
Bagaimana Budi Utomo dan Sumpah Pemuda menjadi peristiwa yang menandai kebangkitan nasional?
Berdirinya Budi Utomo
Budi Utomo merupakan organisasi pergerakan pemuda yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pencetus Budi Utomo sendiri ialah para pelajar STOVIA (Sekolah Kedokteran di Batavia), yaitu Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Soeradji, dan Gunawan Mangunkusumo.
Berdirinya Budi Utomo tidak terlepas dari penerapan kebijakan Politik Etis yang berlaku pada masa pemerintahan kolonial Belanda (1901).
Politik Etis adalah kebijakan politik balas budi yang mencakup tiga hal, yakni irigasi, edukasi, dan emigrasi.
Lewat Politik Etis, anggota parlemen Belanda, Conrad Theodor van Deventer, berpandangan bahwa memang sudah seharusnya Belanda berterima kasih kepada rakyat pribumi.
Pasalnya, berkat rakyat pribumi, Belanda berhasil mendapat keuntungan besar selama puluhan bahkan ratusan tahun berkuasa di Tanah Air Indonesia Nusantara.
Maka dari itu, Belanda mulai mendirikan beberapa sekolah untuk rakyat pribumi.
Berdirinya sekolah-sekolah ini lantas mendorong munculnya kaum terpelajar di Indonesia, salah satunya para pelajar yang mendirikan Budi Utomo.
Awal mula Budi Utomo lahir yaitu pada 1906, ketika dilakukan kampanye menghimpun dana pelajar di kalangan priyayi di Pulau Jawa yang dipelopori oleh Dokter Wahidin Sudirohusodo.
Saat sedang melakukan kampanye pada akhir 1907, Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan pelajar STOVIA lain di Jakarta, yakni Sutomo.
Setelah mendengar kampanye yang dilancarkan oleh Wahidin Sudirohusodo, Sutomo tertarik untuk bergabung karena memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai cita-cita bangsa.
Sutomo kemudian menyebarluaskan kampanye itu kepada teman-temannya di STOVIA. Berawal dari situ, lahirlah organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908.
Berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 menjadi tonggak perubahan Nasionalisme bagi bangsa Indonesia.
Bahkan tanggal 20 Mei kemudian diperingati oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari KEBANGKITAN NASIONAL.
Selain lahirnya Budi Utomo, peristiwa yang menandai kebangkitan Bangsa Indonesia adalah Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda merupakan ikrar pemuda-pemudi Indonesia yang digagas oleh Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan dihadiri juga oleh para pemuda lainnya.
Tercetusnya Sumpah Pemuda didorong oleh kesadaran rakyat Indonesia untuk bersatu melawan penjajah pada 1908.
Banyaknya penjajah di Indonesia saat itu mendorong para pemuda Indonesia di berbagai wilayah membentuk suatu perkumpulan untuk melakukan perlawanan.
Di samping itu, mulai banyak bermunculan juga organisasi yang diinisiasi oleh kalangan muda, salah satunya Tri Koro Dharmo yang didirikan oleh Satiman pada 7 Maret 1915.
Perjuangan dan Perubahan nama Tri Koro Dharmo mengajak para pemuda untuk mengubah cara pandang mereka dan kondisi di Indonesia saat itu.
Seiring berjalannya waktu, organisasi ini kemudian berubah nama menjadi Jong Java, diisi oleh dominan pemuda Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.
Setelah Jong Java, mulai lahir organisasi serupa berbasis kesukuan, seperti Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi.
Karena ada banyak organisasi kedaerahan yang muncul, maka dilakukan Kongres Pemuda I pada 1926.
Hasilnya, lahir gagasan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang diusulkan oleh Mohammad Yamin.
Namun, Kongres Pemuda I dinilai masih belum memberikan hasil yang signifikan, karena masih ada ego kedaerahan yang kuat.
Oleh sebab itu, dilaksanakan Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, yang hasilnya, melakukan perjuangan melawan penjajah.
Di tengah-tengah kongres berlangsung, Moh Yamin menulis gagasan “Sumpah Pemuda” di secarik kertas.
Kemudian, gagasan yang sudah ditulisnya disodorkan kepada Ketua Kongres Soegondo Djojopoespito.
Setelah gagasan itu diterima oleh para peserta yang hadir, Sumpah Pemuda diucapkan sebagai sumpah setia para pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928.
Dan Sumpah Pemuda menjadi tonggak munculnya KEBANGKITAN NASIONAL. (red)