Tradisi Parade Sewu Kupat di Colo Kudus berlangsung Meriah

Kudus || buserindonews.com – Sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa, Masyarakat Kabupaten Kudus Jawa Tengah, dikenal menjadi tempat bermukim dua wali terkemuka, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria. Tak heran jika Kudus memiliki beragam tradisi untuk menghormati para Wali. Salah satunya adalah dengan menggelar parade “Sewu Kupat”. Dalam bahasa Indonesia, Sewu berarti seribu dan kupat tak lain adalah ketupat. Seribu ( 1000) ketupat yang merupakan perayaan untuk menghormati kangjeng Sunan Muria dan diadakan setiap H+8 Syawal.

Sebelumnya, tradisi ini sempat tiga tahun vakum, dikarenakan pandemi Covid – 19.
Tahun ini diadakan lagi pada Lebaran Kupat, belasan gunungan berisi ketupat diarak oleh warga mulai Makam Sunan Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus, pada Rabu (17/4/2024) pagi. Iring-iringan gunungan ketupat dalam Parade Sewu Kupat berakhir di Taman Ria Colo, Kudus.

“Sementara itu tampak ribuan warga berkerumun untuk menanti tradisi Sewu Kupat sejak pagi. Entah sekedar menyaksikan maupun berebut isi gunungan. Gunungan tidak hanya berisi ketupat, melainkan juga terpajang berbagai hasil bumi lereng Gunung Muria dan jajanan tradisional. Gunungan itu dibawa oleh masyarakat Kecamatan Dawe dari masing-masing desa dan didoakan di Makam Sunan Muria. Selain untuk memuliakan perjuangan Sunan Muria dalam menyebarkan agama islam, tradisi ini tak lain juga berharap keselamatan dan keberkahan kepada Sang Khalik atau istilahnya “Ngalap Berkah”.

Andri Firmansyah (24), warga asal Rembang, Jateng mengaku sudah dua kali ini ikut berebut gunungan dalam tradisi Sewu Kupat. Ia dan teman-temannya sengaja jauh-jauh berkunjung ke Kudus untuk meramaikan tradisi Sewu Kupat. Kami berziarah dan menikmati wisata alam lereng pegunungan Muria. Selain itu kami juga ngalap berkah dengan ikut berebut gunungan Sunan Muria. Pastinya berkah setelah didoakan,” pungkasnya.

Anggota DPR RI Dr. H. Musthofa, S.E,. M.M dalam sambutannya mengatakan tradisi sewu (1000) ketupat ini diyakini memiliki keberkahan tersendiri. Tradisi ini merupakan bentuk tawadlu kepada Kangjeng Sunan Muria.
Oleh karena itu, Musthofa yakin siapapun yang hadir dalam tradisi sewu kupat Muria ini, baik masyarakat umum hingga pejabat publik akan mendapat kelancaran di masa depannya.

Tradisi Sewu Kupat diakhiri dengan momen ribuan warga yang berebut gunungan berisi ketupat, hasil bumi dan jajanan tradisional itu. Dalam sekejap isi gunungan ludes menjadi rebutan warga.

(Ts-red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *